Beberapa Alternatif Pendekatan dalam Perencanaan
Beberapa Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan:
1. Social demand approach (pendekatan tuntutan masyarakat):
Pendekatan yang dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat/ lebih menekankan pada pemerataan kesempatan atau kuantitatif dibandingkan dengan aspek kualitatif.
2. Man power (pendekatan ketenagakerjaan) :
Pendekatan yang dibuat berdasarkan adanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan/ mengutamakan pada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik hingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.
3. Rate of return approach (pendekatan nilai imbalan) :
Pendekatan yang dibuat berkaitan dengan finansial.
4. SP4/ PPBS (planning, programming, budgeting system) :
Perencanaan yang diperlukan dalam melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal:
1) model untuk analisis demografis dan proyeksi penduduk,
2) model untuk memproyeksikan enrolmen (jumlah siswa terdaftar) sekolah,
3) model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja
5. Cost benefit / Investment efficiency approach (pendekatan efektivitas biaya) : penentuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektivitas yang akan diperoleh (Guruge: 1972).
Model ini sering dipakai untuk menganalisis proyek- proyek dalam kriteria efisien dan efektivitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fisibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek- proyek yang menjadi alternatif penganggulangan masalah yang dihadapi.
6. Strategic planning (perencanaan strategik) :
Pendekatan sistem dalam rencana strategik pendidikan berkaitan erat dengan usaha pemecahan masalah yang kompleks dengan cara mengenal esensi keterpaduan berbagai unsur sehingga proses yang diketahui benar- benar dapat menunjang pencapaian tujuan secara efektif dan optimal. Perencanaan ini disebut juga perencanaan jangka panjang.
BAGAN
PROSES PERENCANAAN STRATEGIK
7. Comprehensive planning ( perencanaan komprehensif) : perencanaan yang dibuat untuk menganalisis perubahan- perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana- rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan- tujuan yang lebih luas.
Sumber:
Fattah, Nanang.2004.Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sa’ud, Udin Syaefudin.2006. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Proses Perencanaan Pendidikan (Banghart)
Mendefinisikan Permasalahan Perencanaan Pendidikan
Uraian mengenai mendefinisikan permasalahan perencanaan pendidikan ini merupakan tahapan kedua dari delapan tahapan dalam proses perencanaan pendidikan yang terlihat dalam gambar. Pada bagian ini diuraikan menjadi beberapa subpokok bahasan, yaitu:
A. Ruang lingkup permasalahan pendidikan.
B. Pengkajian sejarah perencanaan pendidikan.
C. Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan dalam perencanaan pendidikan.
D. Sumber daya dan hambatannya dalam perencanaan pendidikan.
E. Menentukan komponen-komponen dari perencanaan pendidikan beserta prioritasnya.
A. Ruang lingkup permasalahan pendidikan
Fokus yang dibahas dalam bab ini adalah gambaran dan rumusan batasan permasalahan pendidikan. Langkah ini menjadi sangat penting dan strategis, karena setiap kegiatan yang akan dirumuskan dalam proses perencanaan harus diarahkan dalam kerangka pemecahan masalah. Kekeliruan dalam merumuskan batasan permasalahan akan berdampak pada kekeliruan merumuskan langkah kegiatan selanjutnya.
Banyak cara untuk merumuskan batasan suatu masalah, salah satunya adalah dengan cara membuat pengelompokkan. Cara ini memungkinkan para perencana mengurangi kerumitan permasalahan dengan membuat jelas hubungan diantara elemen-elemen dalam kelompoknya. Selain itu juga dengan mengurutkan elemen-elemen tersebut akan member petunjuk solusi yang potensial. Lebih jauh lagi dengan pengelompokkan ini akan membantu perencana dalam menentukan arah perencanaannya. Pada akhirnya, dengan pengelompokkan ini akan memberikan arahan bagi pengorganisasian data yang sesuai keperluannya dan digunakan sebagai acuan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
1. Kebutuhan akan Perencanaan Pendidikan
Untuk menanggulangi permasalahan, baik sosial maupun fisikal serta mengatasi perencanaan pendidikan yang saat ini masih belum cukup memadai, maka berikut ini usulan format aktivitas perencanaan dengan dipandang dari berbagai segi, antara lain:
a. Dari segi umum, perencanaan pendidikan adalah suatu penelitian, pengembangan teori dan teknik, penggambaran rencana pada tingkat local, regional maupun nasional dan global.
b. Dari segi fisik, perencanaan pendidikan adalah perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek gedung sekolah, tata ruang gedung sekolah dan peralatannya, kriteria lingkungan kegiatan pembelajaran dan lainnya.
c. Dari segi sosial, perencanaan pendidikan adalah tinjauan yang merefleksikan orang, perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinjauan kebutuhan tenaga kerja dan sosial, rancangan fisik yang dapat meningkatkan interaksi individu dan social atau masyarakatnya.
d. Dari segi administrasi, perencanaan pendidikan adalah control pengembangan, pembuatan keputusan, manajemen operasi, kontrol inventaris, perencanaan transportasi dan gedung sekolah.
2. Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk menggambarkan sifat khusus dari perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan adalah:
a. Suatu proses rasional, dikarakteristikkan sebagai pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pembelajaran masyarakat.
b. Menyangkut tujuan sosial, cara dan tujuan, proses-proses dan kontrol.
c. Merupakan rancangan konseptual dimana kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
d. Konsep dinamis yang menjamin suatu rencana dikonstruksikan dengan lentur sehingga tidak mungkin terjadi penyimpangan.
3. Dimensi Perencanaan Penididikan
Untuk memahami arti perencanaan pendidikan, seseorang perlu memahami dimensi perencanaan pendidikan, yaitu tingkat, ukuran, dan besar masalah yang terkait dengan perencanaan pendidikan. Ada Sembilan dimensi yang terkait dengan proses perencanaan pendidikan, yakni:
a. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan social dari tujuan pendidikan yang diusulkan.
b. Feasibility, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biayamerupakan aspek yang harus dilihat secara realistic.
c. Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu bagi implementasi rencana pendidikan.
d. Definitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk menjalankan rencana dengan menggunakan data model buatan, tujuannya adalah untuk meminimumkan kejadian yang tidak diharapakan yang akan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang direncanakan.
e. Parsimoniousness, yaitu perencanaan haruslah digambarkan secara sederhana.
f. Adaptability, yaitu perencanaan pendidikan haruslah dinamis dan dapat berubah sesuai informasi sebagai unpan balik system.
g. Time, yaitu siklus alamiah pokok bahasan pada perencanaan, kebutuhan untuk merubah situasi yang tidak dapat dipikul, keterbatasan perencana pendidikan dalam meramalkan masa depan merupakan beberapa factor berkaitan dengan waktu. Waktu yang berdampak pada kemampuan untuk mengevaluasi kebutuhan pendidikan saat ini berkaitan dengan masa depan.
h. Monitoring, yaitu menegakkan penegakkan kriteria pendidikan untuk menjamin berbagai komponen rencana bekerja secara efektif.
i. Subject matter, yaitu pokok-pokok bahasan yang akan direncanakan yang terdiri atas: sasaran dan tujuan, program dan pelayanan, sumber daya manusia, sumber daya fisik, penganggaran, struktur pemerintahan, konteks sosial.
4. Kendala-kendala dalam Perencanaan Pendidikan
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan persetujuan politik dan peraturan hukum juga ditempatkan pada perencanaan pendidikan dan proses perencanaannya. Kenyataannya bahwa dalam proses perencanaan harus fleksibel dan dilakukan secara terus menerus. Definisi operasional perencanaan pendidikan, terutama perencanaan pendidikan komprehensif adalah suatu proses yang antara lain:
a. Menghasilkan informasi keputusan yang sah dalam bentuk alternative rangkaian kegiatan.
b. Melayani sebagai suatu panduan untuk memonitor aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mendefinisikan suatu kriteria kinerja untuk mengukur derajat kesuksesan dalam mencapai sasaran.
c. Menyajikan rantai koordinasi diantara sasaran jangka panjang dan program menengah, serta rencana operasi terinci untuk mengimplementasikan program tahunan bersama-sama dengan kerangka kerja jangka panjang dan jangka menengah.
d. Melengkapi dasar untuk pemeriksaan kembali dan perbaikan tujuan pendidikan serta progam-program melalui proses perencanaan kembali.
e. Menyajikan alat untuk peninjauan ulang.
f. Menegakkan inventaris kebutuhan untuk menentukan proses logis dalam mengumpulkan, mengevaluasi dan memproyeksikan informasi.
g. Mencocokkan perencanaan secara komprehensif untuk pengembangan dan kesejahteraan secara umum.
h. Menggabungkan peralatan yang tepat.
5. Makna Permasalahan Perencanaan Pendidikan
Tujuan perencanaan pendidikan adalah untuk mencapai efisiensi pada proses penyelesaian masalah dan memerlukan paling sedikit tiga tujuan, yakni:
a. Menegaskan kebenaran yang berarti menemukan kenyataan yang dapat diterima orang lain.
b. Menentukan serangkaian tindakan dimaksudkan untuk melihat gambaran di masa depan yang merupakan esensi dari perencanaan.
c. Membujuk yang membutuhkan sehingga dapat memunculkan sikap personal, kegemaran, prasangka dan emosi yang dapat menentukan tindakan.
Tiga dimensi peran yang dimiliki perencana, yaitu:
a. Jenis tugas yang meliputi teknis atau administrasi dan yang berkenaan dengan rencana implementasi, aktivitas kordinasi perencanaan, dan berpolitik.
b. Berkenaan dengan pelanggan yang dilayani perencana.
c. Sponsor, individu, atau kelompok.
B. Pengkajian Sejarah Perencanaan Pendidikan
Pengkajian mengenai sejarah perencanaan pendidikan tidak dapat dipastikan hubungannya dengan rencana pendidikan itu sendiri, karena baik perencanaan maupun pendidikan dahulu, tidak pernah ada seperti bentuknya sekarang, tetapi gerakan-gerakan dalam perencanaan pendidikan bersifat parallel dengan kemajuan yang dibuat, sehingga meninggalkan warisan mengenai cara-cara pemecahan permasalahan.
Warisan ini menggambarkan keteraturan perkembangan dari perencanaan yang pernah ada dan membantu memberikan petunjuk kepada perencaan pendidikan untuk menentukan bentuk masa depan. Sejarah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu, sementara perencanaan dapat menentukan masa depan.
Perencanaan berorientasi pada masa depan dan meliputi analisis yang menyeluruh (komprehensif) tentang masa kini, dan juga kekuatan-kekuatan sejarah, maka tidak akan didapatkan momentum untuk melakukan sesuatu menuju masa depan.
Saat ini banyak terdapat proyek-proyek perencanaan yang menerima bantuan dari federal (pemerintah pusat) dengan harus menyertakan rencana pendidikan jangka panjang. Akibatnya, dewan sekolah diminta lebih sering menghubungkan perencanaan-perencanaan pendidikan dengan perencanaan daerah sekitarnya secara menyeluruh. Lokasi fasilitas-fasilitas sekolah baru harus berhubungan dengan proyeksi populasi dan perkembangan kawasan pemukiman.
Hal yang terpenting dalam perencanaan pada zaman dahulu adalah lokasi fisik kota dengan melihat kota dari udara, pemandangan alam sekitar, iklim, sumber-sumber penghasilan yang dekat letaknya dan cara-cara akses yang natural yang berpengaruh pada arah-arah menuju kota tersebut.
Faktor kedua yang penting dalam perencanaan pada zaman dahulu ialah sumber daya manusia (penduduknya) dan sifat-sifat dari pendidikan itu sendiri. Sifat atau cirri-ciri ditentukan oleh sikap-sikap social, politik, religius dan pekerjaan. Factor yang sama ini masih dikerjakan dan tingkat pengaruhnya dapat diamati karena sikap-sikap tersebut menentukan sifat-sifat kota saat ini.
1. Awal mula perencanaan
Perencanaan dimulai sejak dulu, sejak zaman primitive. Hal ini dapat dilihat pada budaya Mesir Kuno dalam memperbaiki lingkungannya. Pada masyarakat primitive, perkembangan lingkungan fisik pada umumnya mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari pihak luar. Sebagai contoh, manusia pada awalnya menggunakan lingkungan fisik seperti gua untuk berteduh dan berlindung. Kemudian mereka belajar menetap dengan membangun tempat tinggal dengan mengambil keuntungan dari alam seperti rawa-rawa, gunung-gunung dan sungai-sungai. Ketika manusia merasa memiliki kemajuan, ia mulai mengetahui bahwa ia memerlukan orang lain agar terhindar dari bahaya, terisolasi dan menegrjakan sesuatu secara bersama-sama. Proses ini secara tidak langsung mulai menyangkut perencanaan.
2. Makna Perencanaan dan Pendidikan pada saat ini
Makna perencanaan dan pendidikan didasari oleh makna yang berkembang pada masa sebelumnya. Makna perencanaan sempat bergeser dari yang tadinya bermakna sempit, yaitu aktivitas mengajar pada permukaan yang datar menjadi setiap tujuan atau usaha yang dilakukan setiap orang.sedangkan makna pendidikan cenderung sesuai dengan makna terdahulu yaitu menuju ke masa depan.namun pada saat ini, makna pendidikan dan perencanaan telah berkembang yang didasari oleh konsep system dimana di dalamnya terdapat interaksi diantara banyak variabel. Adapun variabel-variabel yang harus diperhatikan adalah posisi sekolah dalam lingkungan masyarakat, analisis kebutuhan dan perencanaan yang berkaitan dengan penggunaan lahan, berkaitan transportasi, kurikulum, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat dan factor-faktor lain, baik yang bersifat terselubung atau transparan. Dengan kata lain perencanaan dan pendidikan merupakan bidang yang berorientasi social yang artinya bahwa kedua hak tersebut berkaitan dengan masalah-masalah sosio-ekonomi masyarakat, politik dan karakteristik psikologis dari masyarakat yang dipengaruhi oleh perencanaan pendidikan.
C. Kesenjangan antara Kenyataan dengan Harapan dalam Perencanaan Pendidikan
Kenyataan (das sein), yakni suatu pandangan yang mengemukakan bahwa sekolah harus mandiri dan tidak berada pada suatu institusi, kenyamanan pendidikan akan mengambil tempat di mana kondisi siswa sebanding dengan ketersediaan tenaga pengajar saat ini, dan para pengelola sekolah dapat menangani langsung operasional sekolah untuk disesuaikan dengan kehendak masyarakat.
Harapan dalam filosofi perencanaan pendidikan adalah apa yang seharusnya (das sollen). Berpijak pada pemikiran mengenai harapan diatas, jelas bahwa perencanaan pada umumnya berorientasi pada suatu system, artinya bagaimana suatu perencanaan pendidikan mampu memberikan solusi pemecahan masalah dan bertindak sebagai jembatan bagi berbagai perbedaan yang ada. Perencanaan pendidikan harus komprehensif dan mengacu pada tujuan social dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan pendidikan, meliputi kepercayaan yang mendasar, penyesuaian tindakan, aturan yang menjadi panduan, dan dasar hokum atau ketentuan peraturan yang berlaku. Secara umum suatu perencanaan, meliputi:
a. Lingkup dan cakupan bidang permasalahan.
b. Rentang permasalahan termasuk di dalamnya perencanaan penyelesaian.
c. Akibat yang ditimbulkan, analisis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
d. Perhatian secara umum atas keberadaan masalah dan penyelesaiannya.
1. Peranan Nilai dalam Perencanaan Pendidikan
Seorang perencana pendidikan juga dituntut untuk mengetahui dan memberikan perhatian besar terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekaligus mengetahui bagaimana pengaruh nilai-nilai tersebut secara ekonomi, social, budaya dan politik masyarakat.
Ada terdapat beberapa alasan dan pertimbangan mengapa dalam perencanaan pendidikan perlu memperhatikan nilai-nilai, diantaranya adalah nilai-nilai motivasi bagi terwujudnya tujuan dan untuk mencari landasan kebijakan yang tepat, nilai-nilai (values) adalah akar dari keharmonisan social dalam upaya menghindari benturan antara tujuan individu dan kebijkan yang ada, nilai-nilai dianggap sebagai suatu podasi masyarakat yang mampu mengatasi timbulnya hal-hal yang bersifat destruktif, dengan nilai-nilai kita dapat menciptakan keseimbangan antara tujuan yang hendak dicapai (objectives) dengan tujuan yang dihasilkan (achievement), dan nilai-nilai juga mampu menghindari pandangan bias dari perencanaan itu sendiri.
2. Peran Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan yang baik adalah perencanaan pendidikan yang mampu bekerja secara lebih dekat dengan program-program perencanaan layanan insani lainnya, seperti program-program perpustakaan, sarana rekreasi, museum, media massa dan lainnya. Perencanaan pendidikan juga harus berorientasi terhadap program siswa yang terstruktur dengan kondisi yang relevan dengan lingkungan sekitarnya. Mengingat beragamnya peran perencanaan pendidikan tersebut, maka dalam perencaaan pendidikan dipandang perlu untuk melibatkan berbagai tingkatan (stakeholders) yang ada di masyarakat, bukan hanya terbatas pada lingkungan sekolah atau pemerintah.
D. Sumber Daya dan Hambatannya dalam Perencanaan Pendidikan
1. Identifikasi Sumber Daya dan Hambatan dalam Perencanaan Pendidikan
Sumber daya dan hambatan merupakan dua bagian penting yang perlu diidentifikasi dan dikenali dalam perumusan sebuah perencanaan pendidikan. Untuk menghasilkan atau mencapai solusi optimal suatu perencanaan tergantung pada ketersediaan sumber daya dan karakter hambatan yang ada, baik secara individu maupun kelembagaan.
2. Sumber Daya dan Hambatan yang Terdapat pada Individu
Tujuan dari pendidikan semestinya dapat mengembangkan tuntutan fisik dan mental dari individu dan juga tuntutan public. Oleh karena itu, perencanaan harus mampu mengakomodasi kebutuhan individu dan lingkugannya, mengingat tidak seorang pun akan hidup tanpa lingkungan dan tak dapat seorang pun dapat hidup di dalam suatu lingkungan yang menyendiri. Konsekuensinya, bahwa seseorang harus mampu beradaptasi dengan komunitas masyarakat disekitarnya dan lingkungannya. Secara individu, seseorang mengalami hambatan akan kebutuhan dasar yang terklasifikasi ke dalam tiga prinsip pokok, yaitu memelihara atau mempertahankan kehidupan, miningkatkan atau memperbaiki kehidupan dan menyempurnakan keinginan-keinginan bagi kepuasan.
3. Sumber Daya dan Hambatan yang Terdapat pada Institusi atau Lembaga
Individu merupakan bagian dari suatu kelompok, dimana karakteristik mereka ditentukan oleh kelompok tersebut. Jadi institusi disini didefinisikan sebagai kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Seorang perencana pendidikan dituntut untuk mengenal karakteristik dari suatu institusi, antara lain meliputi: institusi yang berorientasi terhadap tempat, institusi akan bekerja pada suatu periode tertentu dan tergantung pada keterlibatan kerja individu yang ada di dalamnya.
E. Menentukan Komponen-komponen dari Prerncanaan Pendidikan Beserta Prioritasnya
1. Pendekatan Sistem dalam Prencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan terdiri atas dua komponen dasar, yaitu proses perencanaan dan isi perencanaan. Pada tulisan tujuh fase proses perencanaan dikonstruksikan untuk menyisipkan beberapa cara yang saling berhubungan yang mampu memproduksi hasil pendidikan dengan sosial, ekonomi, dan detail fisik yang berhubungan dengan masalah-masalah pendidikan. Selain itu juga membantu memprediksi kondisi yang memiliki efek samping yang diinginkan atau tidak diinginkan yang sejauh ini belum diketahui. Satu metode untuk mengidentifikasi, menganalisa, mendesain, mengevaluasi, dan mrngawasi komponen-komponen tersebut adalh pendekatan system.
System adalah kumpulan atau sekelompok elemen bebas yang bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan tertentu. Definisi yang hamper sama disampaikan system adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi didesain untuk menyelesaikan fungsi yang telah ditentukan sebelumnya (Dimitris Chorofas, 1965).
2. Komponen: Konteks Pendidikan
Pendekatan fungsional untuk merencanakan pendidikan membutuhkan gambaran yang jelas dari system pendidikan. Kejelasan menyeluruh, asumsi yang penting untuk model proses perencanaan adalah menyatukan kebutuhan spesifik dari setiap pelajar sebagaimana juga masyarakat. Pendekatan system-sistem dalam mempelajari pendidikan mengikutsertakan tidak hanya berbagai macam bagian dari isi pendidikan tetapi juga total keseluruhan isinya.
Satu contoh pendekatan system untuk analisa isinya adalah seperti model sub system berikut. Model ini tidak ditujukan untuk menjadi menyeluruh tapi mengindikasikan hanya satu dari bermacam pendekatan untuk perlakuan isi secara sistematis.
a. Manajemen Sistem Informasi Pendidikan
• Pada pelajar
• Pada staf
• Pada bangunan
• Pada program-program
• Pada keuangan
b. Sistem Aktivitas Pendidikan
• Aktivitas di tempat
• Jadwal yang tepat
• Pada kurikulum dan program instruksi
• Pada program yang berhubungan dengan masyarakat
c. Sistem Komunikasi Pendidikan
• Pada transportasi
• Pada informasi itu sendiri
• Pada energy
• Pada system fasilitas pendidikan
• Pada system operasi pendidikan
• Pada system manajemen
• Pada system layanan makanan
• Pada system operasi dan perawatan
• Pada system pengontrolan inventaris
Analisis Bidang Telaahan Permasalahan Pendidikan
A. Bidang Telaah dan Sistem-sistem Sub Bidang Telaah
Suatu perencanaan pendidikan yang komprehensif akan berurusan dengan keseluruhan proses pendidikan, termasuk di dalamnya sub-sub sistem di dalam system pendidikan. Seorang perencana pendidikan komprehensif tidak bisa melepaskan diri dari berbagai system tersebut.
Terdapat berbagai system dalam lingkungan pendidikan yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam 4 (empat) system. Keempat system tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk system pendidikan.
1. Sistem Aktivitas Pendidikan
Pendidikan terdiri atas sekumpulan aktivitas yang merupakan suatu proses dan membentuk suatu system, yaitu system aktivitas pendidikan. System aktivitas pendidikan mencangkup aktivitas-aktivitas perencanaan kurikulum, perencanaan sumber daya, strategi program pembelajaran, interprogramming komunitas sekolah, pelatihan pelayanan guru dan evaluasi.
2. Sistem Komunikasi Pendidikan
Sistem komunikasi pendidikan dapat dibagi ke dalam tiga sub system, yaitu sub system perpindahan (movement), sub system informasi, dan sub system energi.
3. Sistem Fasilitas Pendidikan
System fasilitas pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan fisik yang dapat membantu tercapainya keberhasilan individu dalm proses pembelajaran. Analisis fasilitas termasuk pada fasilitas pendidikan yang disesuaikan dengan pergerakan penduduk. Untuk melakukan hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa model pendekatan seperti yang dikemukakan William yaitu model survey visual yang memperhatikan dua bagian pendekatan, yaitu:
a) Mengidentifikasi karakteristik 3 (tiga) dimensi dari peta kota.
b) Menentukan signifikansi.
Sedangkan menurut Jacob dan Janes Model Survei Visual memperhatikan pada:
a) Sensori material.
b) Keterhubungan antar bagian.
c) Memperhatikan sejarah dan symbol-simbol masa lalu yang signifikan.
4. Sistem Operasional Pendidikan
System operasional pendidikan mencakup segala sesuatu yang tidak secara langsung dilihat dengan proses pembelajaran, akan tetapi cukup membantu dan mendukung fasilitas pembelajaran diantaranya pelayanan perpustakaan, penyediaan buku-buku paket, konseling dan bimbingan siswa, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.
B. Pengumpulan Data
1. Pendekatan Rencana Pengumpulan data
Ada lima tahapan dalam system pengorganisasian data, yaitu: pertama, data dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Kedua, data diisikan atau ditempatkan di tempat penyimpanan data. Ketiga, data diolah (dikemas) menurut aturan yang sudah ada. Keempat, data ditampilkan dalam bentuk yang dapat digunakan. Kelima, data dipindahkan dari satu titik ke dalam system titik yang lain sesuai dengan keperluannya. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi dan selanjutnya digunakan untuk perencanaan pendidikan baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
2. Deskripsi Informasi dan Data
Ada perbedaan antara informasi dan data. Informasi berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang didapat atau ditemukan dari observasi, membaca, dan berkomunikasi. Data adalah fakta sesuatu yang diketahui dalam bentuk-bentuk dasar untuk disimpulkan, di dokumentasikan, di edit, dan diperlakukan oleh setiap subjek dan siap untuk mendukung perencanaan dalam suatu cara yang objektif.
3. Beberapa Metode Pengumpulan Data
a) Penggunaan angket atau kuesioner
b) Interview atau wawancara
c) Studi kepustakaan
d) Studi dokumentasi
C. Tabulasi Data
Tabulasi data sangat diperlukan di dalam perencanna pendidikan untuk berbagai analisis data.
Adapun fungsi tabulasi data adalah sebagai berikut:
a) Membantu di dalam menyederhanakan masalah dalam berkomunikasi antara sesame kelompok perencana.
b) Memudahkan dalam menganalisis antara kelompok perencana.
c) Sebagai perbandingan perkembangan pendidikan dari masa lalu, sekarang dan prediksi masa yang akan dating.
d) Membantu mempermudah sistematika riset dan evaluasi di dalam pendidikan.
Tabulasi data dibagi menjadi empat bagian besar:
1. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Kependudukan
Ada beberapa karakteristik data kependudukan yang perlu diolah, yaitu:
a) Struktur ekonomi dan social masyarakat, baik rencana perdagangan, daerah industry dan sebagainya.
b) Perkembangan sensus kependudukan, baik kelahiran maupun kematian dan migrasi serta pertumbuhan kependudukan.
c) Struktur fisik (tata ruang) dan social.
d) Pemetaan dan kondisi demografi merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam pengolahan data, salah satu informasi dasar demografi diantaranya mengenai umur, jenis kelamin, suku bangsa/ras.
2. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Lokasi Tempat
Data ini berhubungan dengan pola penggunaan bahan untuk kebutuhan manusia yang meliputi keperluan tempat tinggal, gedung-gedung, taman-taman, dan lain-lain. Dengan adanya pengaturan pola penggunaan lahan di wilayah perkotan maka akan dimudahkan dalam perumusan perencanaan pendidikan.
3. Tabulasi Data Berdasarkan Migrasi
Komponen yang mempengaruhi perpindahan diantaranya kualitas, frekuensi, intensitas perpindahan, luas, metode perpindahan, dan lama perpindahan. Perpindahan merupakan hal yang penting antara lokasi aktivitas, dimana aktivitas bisa digambarkan oleh lokasi asal dan tujuan, seperti dari wilayah tempat tinggal ke wilayah pasar, dari wilayah regional ke wilayah perkotaan, dari wilayah tempat tinggal ke wilayah industry dan sebagainya. Tipe data yang dibutuhkan di dalam menganalisis wilayah perpindahan ini yaitu waktu perjalanan dan kapasitasnya. Beberapa model perpindahan digunakan di dalam perencanaan transportasi, salah satunya adalah model Gravity:
Keterangan:
Perpindahan dari wilayah ke wilayah lain atau dari daerah asal ke daerah tujuan.
K = Digambarkan untuk semua wilayah yang dipelajari
M = Sejumlah perjalanan
P = Produksi pada wilayah
A = Daya tarik antar wilayah
k = Faktor penyesuaian terhadap tingkat sosial ekonomi
F = Pergeseran dari wilayah i ke wilayah j
4. Tabulasi Data Berdasarkan Kondisi Sistem Ekonomi
Harga dan tanah mempengaruhi posisi pemilihan seperti kedudukan sekolah. Nilai tanah dipengaruhi oleh ekonomi dasar dan tingkat kepuasan pelanggan. Ada dua alat yang digunakan untuk mengukur indicator nilai tanah yaitu luas tanah dan bangunan. Biasanya tanah untuk bisnis mempunyai nilai jual yang tinggi karena sebanding linier terhadap nilai bangunan. Factor lain juga berpengaruh terhadap jarak ke pusat kota/wilayah bisnis.
5. Pengukuran tidak Langsung
Metode ini didasari pada aktivitas ekonomi secara tidak langsung dimana yang menjadi indicator adalah kemauan untuk mendukung pembiayaan pendidikan. Metode ini dengan mengasumsikan pada klasifikasi ekspor, impor dan local adalah pekerja.
Salah satu rumus untuk menghitung potensi pekerja, seperti pendidikan yang digunakan:
X merupakan potensi pekerja dengan asumsi keseragaman permintaan dan perhitungan indeks produktivitas. Artinya potensi pekerja berbanding terhadap nilai total pekerja local sekolah dengan pekerja nasional dalam pendidikan dan berbanding terbalik terhadap total pekerja nasional.
6. Pengukuran Langsung
Pentabulasian Data Berdasarkan Kondisi Berbagai Aktivitas
Dalam pengolahan data ini sangat memperhatikan pengaruh aktivitas kegiatan di sekitar lingkungan yang mempengaruhi pendidikan, seperti pada model pengaruh jenis kelamin dan waktu terhadap aktivitas. Dan pengolahan ini dapat diketahui:
a) Persentase distribusi waktu diantara aktivitas yang berbeda-beda.
b) Persentase distribusi waktu diantara periode waktu yang berbeda-beda.
c) Persentase distribusi individu terhadap aktivitas.
d) Persentase individu dari satu aktivitas dengan aktivitas lainnya.
D. Perkiraan (Forecasting) Perencanaan
Mengkonsepsikan dan Merancang Rencana
A. mengidentifikasi Kecenderungan Umum
1. Menentukan Latar Belakang
Tiga jenis konsep infrastruktur, yaitu:
a) Infastruktur linear (air, listrik, lalu lintas dan sebagainya).
b) Infrastruktur planar (permukaan datar).
c) Infrastruktur spatial.
Seperti kebiasaan umum dalam perencana, infrastruktur linear memungkinkan variasi yang tidak terlalu beragam dibandingkan dengan dua infrastruktur lainnya. Dalam beberapa hal, kota bisa dianggap sebagai suatu kombinasi yang rumit dan dinamis dari infrastruktur linear, planar, dan spatial.
Perencanaan pendidikan akan memberikan kontribusi yang besar jika dapat menilai efektivitas berbagai program yang ditanganinya. Bangunan dan ruang lainnya sebagian menunjukkan suatu system social yang kompleks. Setiap aspek terletak pada suatu hubungan kasual dengan yang lainnya, sehingga masing-masing didefinisikan oleh, dan memiliki makna bila hanya dikaitkan dengan aspek lainnya. Aspek perencanaan fisik fasilitas pendidikan harus sesuai dengan rencana lain pihak pemerintah maupun non pemerintah.
Prinsip perencanaan, khususnya dalam lingkungan fisik, semuanya berkaitan dengan perencanaan lingkungan pendidikan. Empat bidang perhatian perencana adalah:
a) Sejumlah aktivitas yang tercakup dalam berbagai lembaga pendidikan.
b) Kebutuhan manusia akan lembaga pendidikan.
c) Perencanaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan proses dan teknik.
d) Administrasi gedung dan peralatan sekolah.
2. Pola dan Kecenderungan Umum pada Manusia
Perencana Pendidikan
Perencana pendidikan harus sesuai dengan pekerjaannya. Perencana pendidikan hendaknya seorang analis yang termpil, evaluator yang efektif, dan desainer yang cakap. Perencana merupakan seorang professional yang dengan pengalaman atau pendidikan mampu membuat konsep mengenai pedoman pelaksanaan satu tugas sampai selesai. Fungsi perencanaan itu lebih luas daripada sekedar merancang gedung. Pembuatan desain system sekolah dalam lingkungan perkotaan itu melibatkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan dibanding dengan hanya sekedar memvisualisasikan satu gedung sekolah.
Petunjuk khusus mengenai perencanaan dan perencana memang belum begitu jelas. Dalam kaitannya dengan munculnya berbagai kekuatan politik, social, dan ekonomi pada setiap proyek, perencana haruslah sangat fleksibel. Namun disiplin perencanaan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
a) Petunjuk metodologi
b) Petunjuk parsial atau tidak lengkap.
Fungsi perencanaan pendidikan sangat banyak dan beragam, karena seorang perencana dapat berfungsi sebagai perumus dan pelaksana perencanaan, pedoman atau pencapaian tujuan. Perencana harus terus menerus memonitor dan mengevaluasi perencanaandan bertindak sebagai penyangga politik untuk memastikan penyelesaian dari perencanaan tersebut. Peran utama perencana meliputi:
a) Pemimpin institusi.
b) Perencana professional.
c) Komunikator.
d) Promotor.
Manusia dan Lingkungannya
Hubungan antara manusia dan lingkungannya bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Para psikolog telah mempelajari kontroversi mengenai nature-murture. Konsepnya relative sederhana yaitu bahwa seseorang dilahirkan dengan berbagai potensi untuk dapat mengembangkan pola perilaku dan lingkungan yang merupakan penentu utama dari pola perilaku individu.
Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan interaksi organisme dan lingkungannya telah melahirkan satu disiplin yang relative baru yang disebut dengan ekologi. Ekologi ini berkaitan dengan istilah ekosistem. Sama seperti istilah system yang dignakan secara umum, ekosistem ini didefinisikan menurut batasan-batasan tertentu dan sifatnya bisa kecil atau besar. Aspek penting dari ekosistem adalah interaksi.
Mekaisme keturunan, karakteristik genetika, dan mekanisme naluriah juga system neurologi yang memungkinkan fleksibilitas yang cepat dalam pembelajaran itu merupakan factor-faktor penting dalam efektivitas adaptasi manusia adanya pemenuhan kebutuhan dasar, dan perencana pendidikan menafsirkan lingkungan dan menerapkannya pada kebutuhan manusia.
Pengembangan Persepsi
Pendekatan yang dapat digunakan adalah cara yang mengintegrasikan sumber-sumber seperti yang dilakukan pada pemukiman manusia primitive. Pendekatan lain adalah dengan meneliti masyarakat dalam hal eksistik (ilmu pemukiman = ‘oiko’ = rumah, bermukim). Eksistik ini melibatkan integrasi berbagai disiplin. Pendekatan ini pada dasarnya terpadu dalam penampakkan komunitas sebagai gabungan dari berbagai variabel yang berinteraksi. Dengan demikian, eksistik menawarkan suatu pendekatan kajian terpadu yang menggunakan berbagai prosedur social, politik dan ekonomi yang secara terus menerus berinteraksi dengan masyarakat.
Saling Keterkaitan
Perencana juga harus mengenal masalah-masalah hubungan social (individu, kelompok, kebutuhan, psikologi, social, dan sebagainya). Hal lain yang harus juga diperhatikan adalah perubahan kehidupan dari lingkungan pedesaan mrnjadi lingkungan social perkotaan yang kompleks.
3. Pola dan Kecenderungan yang Menonjol pada Tempat
Dari awal peradaban, lingkungan fisik mempengaruhi perkembangan social manusia. Manusia menggunakan unsur-unsur alam untuk kepentingan dan pemenuhan tujuan sosialnya. Dewasa ini, perancang fisik menawarkan suatu kontak baru dengan unsur-unsur alami, seperti: sinar matahari, udara segar, alam terbuka, dan pepohonan.
Masalah penting lainnya dari perancang fisik ini adalah penciptaan bentuk-bentuk perkotaan yang menunjukkan lingkungan manusia sebagai bagian dari tatanan alami kehidupan. Ini dilakukan untuk membuat titik-titik focus interaksi agar bisa meningkatkan pilihan dalam aktivitas dan hubungan gedung-gedung (tempat-tempat).
4. Pengaruh Fisik
Untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang ideal selamanya itu tidaklah mungkin. Tugas perencana pendidikan dalam hal lingkungan fisik merupakan tugas yang kompleks. Tanggung jawab perencana adalah menciptakan bentuk pendidikan yang akan menghasilkan situasi yang membantu pelajar dengan pengaruh efektif agar berperilaku positif. Namun, lingkungan pendidikan harus diangap sebagai satu perwujudan yang ada dalam batas-batas system aktivitas perkotaan untuk menentukan factor mana yang efektif dan mana yang tidak efektif, perencana pendidikan harus menganalisis keseluruhan lingkungan perkotaan, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dan menggunakan berbagai komponen fisik untuk mendukung proses pembelajaran.
5. Kewilayahan Tempat (Places)
Dalam pergerakan, individu selalu menjadi bagian dari lingkungannya. Individu bergantung pada lingkungan berdasarkan kebutuhan dasarnya (biologis, psikologis, dan sosiologis). Interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungannya itu membentuk suatu lingkungan pembelajaran yang efektif. Karena ini penting untuk efektivitas pembelajaran, perancangan lingkungan pendidikan juga hendaknya terus mempengaruhi individu dan juga dipengaruhi oleh individu tersebut. Lingkungan pembelajaran yang dinamis sangat penting karena keakraban (familiarity) menjadikan individu bisa diterima secara otomatis dan cepat tanggap (perceptive) terhadap lingkungan. Jika lingkungan terus berubah, lingkungan itu akan lebih merangsang dan menarik.
6. Peran Persepsi (perception)
Manusia memandang lingkungannya dalam kaitannya dengan latar belakang persepsinya. Bentuk, ukuran, dan kondisi tidak memiliki makna kecuali apabila diungkapkan dalam pengalaman persepsi seseorang. Lingkungan itu sendiri tidak begitu berarti bagi siswa sampai siswa secara aktif terlibat dan berinteraksi di dalamnya. Saat siswa dilibatkan di dalam lingkungannya, siswa mwnginterpretasikan latar belakang persepsi ini dan memberikan respon pada lingkungan tersebut, dengan melibatkan berbagai stimuli.
7. Pola dan Kecenderungan Umum pada Pergerakan
Pergerakan secara Umum
Dewasa ini, orang, benda, pesan disalurkan dalam orbit jaringan aktivitas yang bergerak dari satu node (titik sambungan dalam suatu jaringan) ke node lainnya. Konfigurasi pergerakan ini tampak juga dalam pergerakan lingkungan perkotaan. Namun, individu masih berupa mempersepsi bahwa lingkungan tersebut sifatnya konstan dan stabil.
Prinsip-prinsip yang Berkaitan dengan Pergerakan
Untuk membantu perencana pendidikan dalam memahami pola pergerakan dan trend, terdapat beberapa prinsip dasar perencanaan transportasi, sebagai berikut:
Prinsip 1:
Komponen utama system transportasi adalah:
a) Orang dan benda yang ditransportasikan.
b) Alat yang mengangkutnya.
c) Jaringan tempat alat itu bergerak.
Prinsip 2:
Semua pergerakan melalui system transportasi harus dipertimbangkan (tujuan, system, transit dan sebagainya).
Prinsip 3:
Pergerakan harus dipertimbangkan dari titik awal sampai ke tujuan akhir.
Prinsip 4:
Semua model transportasi harus dipertimbangkan.
Prinsip 5:
Variabel utama dalam system transportasi adalah waktu, keamanan, kenyamanan, dan biaya (ongkos).
Prinsip 6:
Berbagai opsi dalam menentukan system transportasi metropolitan (rute, jadwal, harga, jenis layanan, fasilitas lain, struktur jaringan, teknologi baru, kebijakan, dan sebagainya).
Prinsip 7:
Transportasi itu bukan merupakan tujuan itu sendiri. Transportasi adalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih luas.
Prinsip 8:
Transportasi harus terpadu dengan system perkotaan.
Prinsip 9:
Ada spectrum dampak langsung dan tidak langsung dari system transportasi terhadap berbagai pilihan alternative system dan kebijakan. Perencanaan pendidikan harus mengetahui dampak ini terhadap populasi dan memilih salah satu alternative yang dianggap paling sesuai.
8. Pola dan Kecenderungan Umum pada Ekonomi
Masalah ekonomi perkotaan sangatlah penting bagi perencanaan pendidikan, karena perangkat pembuatan keputusan dalam mengatasi masalah ini belum berkembang secara efektif, masalah organisasi yang memberi kontribusi pada inefisiensi itu memang beragam.
Masalah ekonomi lainnya berkaitan dengan pendapatan (kota, penduduk), pekerja (employment), dan budaya (terutama dilihat dari kesenjangan budaya dalam kehidupan sosial). Disini diperlukan adanya pendekatan system yang lebih komprehensif dengan masalah pembaharuan perkotaan.
9. Pola dan Kecenderungan yang Menonjol pada Aktivitas (activities)
Pendekatan system pada pemecahan masalah pada dasarnya mengikuti proses partisi dengan membagi seluruh masalah ke dalam bagian-bagian seperti: definisi masalah, analisis dan sistesis, perumusan solusi, dan modifikasi melalui monitoring. Dalam hal ini system aktivitas dapat didekati dari berbagai sudut pandang. Terdapat lima karakteristik yang merupakan dasar suatu aktivitas system, yaitu:
a) Tempat dimana aktivitas itu dilakukan.
b) Waktu aktivitas itu dilakukan.
c) Orang yang melakukan aktivitas.
d) Objek fisik yang diperlukan untuk melakukan aktivitas.
e) Metode atau proses melakukan aktivitas.
10. Beberapa Kecenderungan Perencanaan Pendidikan
Perencana pendidikan akan menjadi anggota staf konsultan untuk memberi masukan mengenai semua aktivitas kota dan penggunaan sumber daya. Dengan demikian, perencana pendidikan akan membantu mengkoordinasikan program sekolah, sehingga akan lebih efektif dalam kelompok aktivitas komunitas. Perencana pendidikan akan terus menekankan perencanaan kuantitatif. Perencana pendidikan juga akan memiliki spesialisasi dalam beberapa bidang, sebagian terdiri dari beberapa ahli ekonomi, sosiologi, administrasi, analis system, politik atau arsitek.
B. Menentukan Tujuan dan Sasaran
Berbagai kepentingan social dan ekonomi public mempengaruhi pembuatan keputusan pendidikan yang menuntut adanya alternative. Untuk memilih salah satu alternative atau sejumlah alternative diperlukan suatu struktur logika, sehingga pada akhirnya dapat menentukan pilihan.
1. Tujuan dan Peran dalam Perencanaan Pendidikan
Tujuan (goal) adalah tujuan atau hasil yang ingin dicapai (end) dari pembuatan desain. Dengan demikian, desain ini harus memberikan arahan kepada partisipan dalam suatu perencanaan dalam artian tujuan tersebut memang ideal.
Tujuan merupakan sejumlah pilihan diantara berbagai kemungkinan. Beberapa tipikal tujuan adalah sebagai berikut:
a) Tujuan itu merupakan optimalisasi dalam bentuk, misalnya: biaya yang paling rendah untuk keunggulan pendidikan.
b) Tujuan itu memuaskan, misalnya: pemerataan pendidikan.
c) Tujuan itu bentuknya incremental (semakin naik), misalnya: tambahan pasoka kelas.
d) Tujuan itu bentuknya bisa positif atau negative, misalnya: memberikan ruang lebih untuk belajar.
Terdapat lima tahap dalam proses penentuan tujuan, yaitu:
a) Mendefinisikan batasan kemungkinan yang membentuk batas-batas perencanaan dan porsi keputusan yang dipengaruhi oleh putusan perencana.
b) Dari batasan tersebut, perencana lalu mengurangi berbagai alternative dengan menghilangkan yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan.
c) Dengan membandingkan segi manfaat (merit) dari alternative tersebut, perencana dapat menentukan dampak positif dan negative dari berbagai kombinasi tujuan dan sub tujuan yang kemudian memilih alternative terbaik.
d) Perencana kemudian mengevaluasi manfaat tujuan itu dengan membandingkan factor-faktor lingkungan dengan tujuan dan sasarannya.
e) Bila putusan akhir telah dibuat dan tujuan serta sasaran telah ditetapkan, maka dibuatlah pernyataan kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman.
2. Sasaran dan Kriteria Rencana Pendidikan
Perwujudan tujuan dimungkinkan melalui adanya sasaran. Sasaran merupakan pernyataan yang memungkinkan dari segi pengukuran maupun dari segi pencapaiannya. Dengan demikian, sasaran tidak dapat diubah secar kontinu, karena jumlah stabilitas minimum sangat penting dalam perencanaan pendidikan. Oleh karena itu, mempersiapkan sejumlah sasaran merupakan langkah penting dalam proses perencanna pendidikan.
Factor-faktor yang mempengaruhi sasaran adalah sumber daya pendidikan yang tersedia, komitmen yang ada, kebutuhan operasi internal, trend dan kejadian eksternal, berbagai kebutuhan, dan antar hubungan semua factor tersebut.
C. Merancang Rencana (Designing Plans) Pendidikan
Disini desain didefinisikan sebagai salah satu aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan berbagai bentuk atau pola aktivitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri dari enam karakteristik yang saling berhubungan:
a) Riset (analisis).
b) Desain (sintesis).
c) Produksi (formasi).
d) Distribusi (penyebaran).
e) Utilisasi (kinerja).
f) Eliminasi (penghentian).
1. Konsep Merancang Rencana-rencana Perencanaan
Desain melibatkan tiga unsure penting: bahan, bentuk, dan antar hubungan yang dinamis secara keseluruhan. Bahan adalah material yang didapatkan dari lingkungan fisik. Bentuk menunjukkan susunan bahan. Aspek terakhir adalah dinamika berbagai gerakan ke dalam satu kesatuan. Lebih dari diuraikan konsep triangular mengenai desain sebagai berikut:
Understand The Law of Nature
My own Ideas and Designing Undestand The Character of People and Their Needs
2. Pengaruh-pengaruh terhadap Perancangan Rencana-rencana
Masalah desain merupakan masalah yang kompleksdan dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti pengaruh budaya dan politik serta lingkungan alami dan lingkungan buatan. Factor lain yang mempengaruhi perencanaan adalah iklim, factor psikologi, teknologi dan pertukaran social dan pertukaran budaya. Pertukaran budaya ini sangat penting karena mempengaruhi kita dalam membuat struktur lingkungan.
3. Proses Perencanaan
Singkatnya, proses desain merupakan empat aktivitas penting, yaitu:
a) Definisi.
b) Analisis.
c) Sintesis.
d) Modifikasi.
Aktivitas ini muncul secara berurutan, yaitu: pertama, definisi masalah. Kedua, analisis variabel yang relevan. Ketiga, sistesis variabel yang relevan tersebut ke dalam desain tentative (sementara). Keempat, modifikasi sampai bentuk final disepakati.