Beberapa Model Mengajar
Teaching models atau model- model mengajar dirancang sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa model mengajar yang dianggap komprehensif menurut Tardif (1989) yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil, yaitu:
a. Metode Diskusi
Metode diskusi berguna dalam rangka melaatih kemampuan memecahkan dan mengatasi masalah secara verbal serta memupuk dan menumbuhkan sikap demokratis. Diskusi dilakukan ketika terdapat permasalahan yang menuntut adanya penyelesaian dengan cara seperti ini. Model mengajar ini memiliki kadar CBSA cukup tinggi, akan tetapi sebuah diskusi akan berjalan secara efektif apabila peserta didik mampu berfikir menggunakan daya nalar mereka secara tepat.
b. Metode Latihan
Metode yang memiliki sebutan lain metode training ini merupakan salah satu cara mengajar yang baik untuk menanamkan suatu kebiasaan tertentu. Selain itu, metode ini dijadikan sarana memelihara kebiasaan baik dan digunakan untuk memperoleh keterampilan, kesempatan, serta ketangkasan bagi peserta didik.
c. Metode Ceramah
Metode ceramah atau metode penuturan ini merupakan metode mengajar yang konvensional. Hal tersebut merupakan hal yang mungkin dikarenakan metode ini sudah lama dipakai sebagai alat komunikasi pengajaran antara pendidik dan peserta didiknya.
d. Model Pengembangan Perilaku ( Behavioral Model)
Model ini direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Sebuah aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku peserta didik ke arah yang sejalan dengan harapan..
Model ini pada dasrnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar, yang meliputi pengetahuan, konsep, keterampilan, dan sikap serta nilai. Sebagai catatan, bahwa model mastery learning sangat tepat untuk mengajarkan keterampilan yang memerlukan aplikasi fungsi- fungsi jasmani seperti pelajaran olahraga, pelajaran shalat, dll. Namun, pendidik perlu menyadari kelemahan model belajar tuntas tersebut, karena lebih banyak mengembangkan ranah karsa dan sedikit mengembangkan ranah cipta. Sedangkan ranah rasa hampir tak tersentuh. Maka pendidik harus kreatif menggunakan model mengajar lainnya sebagai upaya pengkombinasian yang dapat menutupi kekurangan model mastery learning ini.
e. Model Information Processing
Model information procesing merupakan sebuah model mengajar yang ditujukan untuk membantu mengembangkan aspek kognitif (ranah cipta). Yang termasuk kedalamnya adalah model peningkatan kapasitas berpikir yang dicetuskan Jean Piaget (1896-1980). Penerapan model ini diarahkan pada pengembangan daya cipta, berpikir krits, dan penilaian mandiri peserta didik.
f. Model Pengembangan pribadi
Model yang disebut juga model personal ini berorientasi pada pengembangan pribadi peserta didik dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosional. Model ini lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realita kehidupan lingkungan.
Model ini juga lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam mengantisipasi atau mengatasi kesulitan belajar siswa, juga meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar siswa yang dianggap bermasalah. Teknik yang lazim digunakan untuk mengimplementasikan model personal adalah teknik wawancara. Dalam wawancara ini, peserta didik diberikan kebebasan dalam menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Sebaliknya, guru yang berfungsi sebagai pembimbing sangat dianjurkan untuk bersikap empatik, dalam arti menunjukkan respon ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan peserta didik.
Beberapa metode Pembelajaran
a. PAKEM
"A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers." (BEST, 2001). Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan.
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penelidikan, penemuan, dan beberapa macan strategi yang hanya dibatas dari imaginasi guru.
b. Model Pembelajaran BBE (Broad Based Education)
Model ini merupakan konsep pendidikan yang berorientasi pada keterampilan hidup dan diharapkan dapat membantu masyarakat luas yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan membutuhkan pengetahuan serta keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. High Based Education merupakan konsep pendidikan yang berorientasi pada mutu dan persaingan global. Sistem ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan tinggi yang berkualitas bagi masyarakat yang dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
c. Model Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning)
Merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengkaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari- hari ( konteks pribadi, sosial, dan kultural), hingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
d. Model Pembelajaran Tematik
Loepp (2005) mengemukakan pembelajaran tematik mengacu pada konstruktivisme yang mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri karena siswa dihadapkan pada masalah- masalah yang perlu mereka pecahkan. Pembelajaran tematik menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran. Tema memberikan keuntungan antara lain lebih mudah untuk memusatkan perhatian siswa, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, dan kompetisi dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
Model pembelajaran ini memiliki kelebihan karena cara pendekatannya yang sistematik dan cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa. Tema- tema yang diangkat dipilih dari hal- hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari pengalaman sebelumnya, serta berdasarkan kebutuhan yang dirasakan siswa. Menurut Kovalik dan McGeehan (1999), tema menyediakan struktur jalan pijakan ke konsep- konsep penting yang membantu siswa melihat pola serta membuat hubungan- hubungan di antara fakta- fakta dan ide- ide yang berbeda.
e. Model Pembelajaran Learning to Do, Learning to Be, dan Learning Together
Dalam laporan pada Unesco dari komisi internasional tentang pendidikan abad XXII (1996), disebutkan bahwa dalam pengembangan pendidikan seumur hidup harus berlandaskan pada empat pilar, yakni:
1. belajar mengetahui (learning to know),
2. belajar berbuat (learning to do),
3. belajar hidup bersama (learning to live together),
4. belajar menjadi seseorang (learning to be).
Belajar mengetahui, memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subjek yang lebih kecil secara mendalam. Dalam tahap ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara belajar untuk belajar (learning to learn) lebih penting daripada sekedar memperoleh informasi. Peserta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka dekat, tetapi untuk mendorong mereka supaya paham, mengembangkan rasa ingin tahu, intelektual, merangsang pikiran kritis, serta kemampuan mengambil keputusan sendiri secara mandiri, agar dapat menjadi bekal sepanjang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar